Minggu, 11 Maret 2012

ASKEP BRONCHOPNEUMONIA

By : Ns. NOFLY B. KARIO, S.Kep.

BAB I

PENDAHULUAN





1. I. LATAR BELAKANG MASALAH

Visi pemerintah Indonesia dalam pembangunan kesehatan yaitu Indonesia sehat 2010 dapat diwujudkan dengan peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan penurunan angka kesakitan serta kematian pada balita. Dari data di suatu rumah sakit didapatkan data 10 besar penyakit anak yaitu: diare, febris, tipoid, bronkopnemoni, talasemia, febris kejang, bronchitis, meningitis, demam berdarah, nefrotik sindrom dan hepatitis. Salah satu dari 10 besar penyakit anak di atas adalah bronkopnemoni yaitu penyakit radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan bena asing. Aadapun ciri-ciri penyakit ini adalah batuk, napas cepat, napas sesak dan demam. Penyakit ini bukannya tidak dapat disembuhkan ataupun ditangani tetapi kebanyakan bayi atau anak meninggal karena tidak mendapatkan pengobatan semestinya atau terlambat dibawa ke pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit bronkopnemoni ini.

Bronkopnemoni merupakan masalah ksehatan di dunia karena angka kematiannya yang tinggi, tidak hanya di negara berkembang seperti Indonesia tetapi juga di negara maju seperti di Amerika Serikat misalnya terdapat 2-2 juta kasus pertahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang. Di Indonesia penyakit ini merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan TBC.

Tingginya angka kematian pada balita yang disebabkan oleh penyakit Bronkopnemoni tertarik untuk lebih mendalami kasus pada pasien Bronkopnemoni melalui asuhan keperawatan.





1. II. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Melakukan asuhan keperawatan dan mempelajari lebih dalam tentang penyakit Bronchopneumonia melalui pendekatan proses keperawatan secara komprehensif.

1. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pendekatan pengkajian pada anak dengan Bronchopneumonia
2. Mahasiswa mampu menganalisa atau menemukan masalahkeperawatan
3. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul.
4. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan dalam pemecahan masalah keperawatan
5. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan































BAB II

PEMBAHASAN





1. I. KONSEP DASAR
1. A. PENGERTIAN

* Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate. (Whalley and Wong, 1996)
* Bronchopneumonia adalah frekuensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G Bare, 1993)
* Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing.

(Sylvia Anderson, 1994)

* Bronchopneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing. (Ngastiah, 2003)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda asing.



1. B. ETIOLOGI

1. Bakteri

Diplococus pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis.



2. Virus

Respiratory sintical virus, virus influenza, virus sitomegalik.

3. Jamur

Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergilus Sp, Candida albicans, Mycoplasma Pneumonia.

4. Daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotic yang tidak sempurna.



1. C. PATOFISIOLOGI

Bronchopneumonia merupakan infeksi sekuler yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernapasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi broncus ditandai adanya penumpukan sekret sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, emfisema dan atelektasis.

Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi untuk melembabkan rongga pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut daripembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, asidosis respiratori pada klien terjadi sianosis, dipneu dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas.



1. D. MANIFESTASI KLINIS

n Suhu meningkat 39-40OC disertai menggigil

n Napas sesak dan cepat

n Pemeriksaan paru saat perkusi redup

n Auskultasi: suara napas ronchi basah yang halus dan nyaring

n Batuk pilek yang mungkin berat sampai terjadi insufisiensi pernapasan dimulai dengan infeksi bagian atas

n Sakit kepala

n Nyeri otot

n Anoreksia



1. E. KLASIFIKASI BERDASARKAN ANATOMI
1. Lobaris

Terjadi di daerah lobus paru. Gejalanya seperti demam, anoreksia, napas cepat dan batuk.

1. Lobubaris

Biasanya didahului oleh saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh 39-40oC dan kadang disertai kejang demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dipsneu, pernapasan cepat, dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung san mulut. Kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.

1. Interstitial (Bronkhiolus)

Terjadi di daerah interstitial. Pada jaringan ini ditemukan infiltrat sel radang, juga dapat ditemukan edema, dan akumulasi mucus serta eksudat. Karena adanya edema dan eksudat maka dapat terjadi obstruksi partial atau total pada bronkhiolus.



1. F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

n Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan tes resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.

n Pemeriksaan Laboratorium

* Leukosist à 15.000-40.000/m dengan pergeseran LED meninggi
* Pemeriksaan darah menurut lekositosis dengan lekositosis dengan prediominan PMN atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan prognosis buruk, dapat ditemukan anemia ringan dan sedang.

n Pemeriksaan radiologis

* bercak konsolidasi merata pada bronchopneumonia
* Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris
* gambaran bronchopneumonia difus atau infiltrat intertitialis pada pneumonia stafilatok



1. G. PENULARAN

Penyakit ini merupakan penyakit menular dengan cara penularan sebagai berikut:

1. Doplet infection (infeksi tetes) melalui percikan mucus atau saliva.
2. Makanan dan minuman yang terkontaminasi
3. Peralatan pernapasan yang terkontaminasi
4. Penggunaan alat bantu pernapasan secara bersama-sama



1. H. PENCEGAHAN

1. Hindari udara yang lembab
2. Pastikan kebersihan makanan, diri dan lingkungan
3. Tingkatkan daya tahan tubuh dan asupan gizi
4. Anjurkan untuk imunisasi lengkap dan tepat waktu.



1. I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis

Kemoterapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 x 500 mg sehari atau tatrasiklin 3-4 mg sehari. Obat-obatan ini meringankan dan mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat.

1. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Istirahat, umunya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat di rumah.
2. Simptomatik terhadap batuk.
3. Diberikan mukolitik untuk mengencerkan lendir dan ekpektoran untuk memudahkan pengeluaran dahak atau getah radang dari paru.
4. Bila terdapat obtruksi jalan napas, dan lendir diberikan broncodilator.
5. Pemberian oksigen umumnya tidak diberikan kecuali kasus berat. Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang mempunyai spektrum sempit.
6. Cairan intravena D5% dan KAEN 3A
7. Atipiterik diberikan apabila demam
8. Diet TKTP, selama masih sesak napas hati-hati dalam pemberian makanan per oral.



1. J. KOMPLIKASI

1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang. Terjadi apabila penumpukan sekret akibat berkurangnya daya kembang paru-paru terus terjadi. Penumpukan sekret ini akan menyebabkan obstruksi bronchus intrinsik. Obstruksi ini akan menyebabkan atelektasis obstruksi dimana terjadi penyumbatan saluran udara yang menghambat masuknya udara ke dalam alveolus.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
4. Infeksi sistemik
5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. Ini disebabkan apabila terjadi penyebaran virus hemofilus influenza melalui hematogen ke sistem saraf sentral. Penyebaran juga bisa dimulai saat terjadi infeksi saluran pernapasan.





1. II. ASUHAN KEPERAWATAN
1. A. PENGKAJIAN

1. Riwayat Kesehatan

* Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya: batuk, pilek, demam.
* Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah
* Riwayat penyakit yang berhubungandengan imunitas seperti malnutrisi
* Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
* Batuk produktif, pernapasan cuping hidung, pernapasan cepat dan dangkal, gelisah, sianosis.
* Inspeksi: Dipneu, takipneu, napas cuping hidung, gerak badan naik turun pada daerah yang sakit
* Palpasi: fremitus suara normal sampai dengan meningkat
* Perkusi: redup, batas tegas
* Auskultasi: Ronchi basah halus atau vaskuler
* Gelisah
* Peningkatan Suhu
* Kelemahan Fisik
* Dipneu
* Penurunan BB

2. Pemeriksaan Fisik

3. Observasi

Sedangkan data fokus pengkajian menurut doengoes, 2000:

1. Pernapasan

Gejala : pernapasan dangkal, penggunaan obat aksesorius, dipneu, takipneu, tanda bunyi napas ronchi halus dan melemah, wajah pucat atau sianosis bibir atau kulit

1. Aktivitas atau Istirahat

Gejala : Kelelahan, kelemahan, insomnia, penurunan toleransi aktivitas, sirkulasi takikardi, dan pucat

1. Makanan dan cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual dan muntah, riwayat DM.

Tanda : Hiperaktivitas bunyi usus, distensi abdomen, turgor kulit buruk, kakeksia.



1. B. PATHWAY KEPERAWATAN

Virus

Saluran Pernapasan



Peradangan Broncus dan Alveolus





Penumpukan Demam Mual Pembengkakan Alveolar

Sekret dan Kapiler




Bersihan Jalan

Napas Tidak Efektif


Hipertermi













Penurunan Kecepatan

Difusi Gas



Perubahan Kapiler Ketidakseimbangan Suplai

Alveoli dan Kebutuhan Oksigen



Gangguan Pertukaran Gas

Kelemahan


Intoleransi Aktivitas









1. C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. peningkatan produksi sputum
2. Gangguan pertukaran gas b.d. hipoventilasi
3. Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. mual
5. Hipertermi b.d. proses infeksi



1. D. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. DX I

NOC: Status Pernapasan: Ventilasi

Tujuan: Bersihan jalan napas kembali efektif

KH:

* Menunjukkan jalan napas paten dg bunyi napas bersih
* Tidak ada dipsneu
* Sekret dapat keluar

NIC: Pengelolaan Jalan Napas

1. Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada
2. Auskultasi area paru, catat area penurunan udara
3. Bantu pasien latihan nafas dalam dan melakukan batuk efektif.
4. Berikan posisi semifowler dan pertahankan posisi anak
5. Lakukan penghisapan lendir sesuai indikasi.
6. Kaji vital sign dan status respirasi.
7. Kolaborasi pemberian oksigen dan obat bronkodilator serta mukolitik ekspektoran.



1. DX II

NOC: Status pernapasan: Pertukaran gas

Tujuan: Pertukaran gas kembali normal.



KH:

* Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan.
* Tidak ada gejala distress pernafasan.
* GDA dalam rentang normal.
o pH= 7,35-7,45
o PaO2= 80-100 mmHg
o SaO2= 95%-100%
o Pa CO2= 35-45 mmHg
o HCO3= 22-26 mEq/liter

NIC: Terapi oksigen

1. Observasi warna kulit dan kelembaban mukosa yang merupakan tanda sianosis.
2. Kaji status mental.
3. Awasi suhu tubuh.
4. Pertahankan istirahat tidur.
5. Ajarkan relaksasi.
6. Monitor GDA.
7. Kolaborasi pemberian oksigen.



1. DX III

NOC: Penghematan Energi

Tujuan: Dapat melakukan aktivitas secara mandiri.

KH:

* Melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
* TTV dalam rentang normal
o Tekanan darah

New born 40 mmHg

1 bulan 85/54 mmHg

1 tahun 95/65 mmHg

6 tahun 105/65 mmHg

10-13 tahun 110/65 mmHg

14-17 tahun 120/80 mmHg

* Nadi

New born 100-180 x/menit

1 minggu-3 bln 100-120 x/menit

3 bln- 3 thn 80-150 x/menit

2-10 tahun 70-110 x/menit

10- dewasa 55-90 x/menit

* Suhu normal berkisar antara 36-37 derajat celcius
* Pernafasan

New born 35 x/menit

1-11 bln 30 x/menit

2 tahun 25 x/menit

4 tahun 23 x/menit

6 tahun 21 x/menit

8 tahun 20 x/menit

10-12 tahun 19 x/menit

14 tahun 18 x/menit

16 tahun 17 x/menit

18 tahun 16-18 x/menit

NIC: Pengelolaan Energi

1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas.
2. Berikabn lingkingan tenang dan batasi pengunjung.
3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat.
4. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
5. Jelaskan pentingnya istirahat dan perlunya keseimbangan antara istirahat dan aktivitas.







1. DX IV

NOC: Status nutrisi

Tujuan: Status nutrisi terpenuhi

KH:

* mempertahankan pemasukan nutrisi
* mempertahankan berat badan
* Melaporkan keadekuatan tingkat energi

NIC: Manajemen nutrisi

1. Kaji status nutrisi pasien
2. Ketahui makanan kesukaan pasien
3. Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit tapi sering
4. Sajikan makanan selagi hangat
5. Timbang BB pada interval yang tepat
6. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet yang sesuai



1. DX V

NOC: Termoregulasi

Tujuan: Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh

KH:

* Suhu tubuh dalam batas normal
* Menjelaskan tindakan untuk mengurangi peningkatan suhu tubuh

NIC: Regulasi Suhu

1. Observasi TTV
2. Berikan minuman per oral
3. Kompres dengan air hangat
4. Kolaborasi pemberian antipiretik









1. E. EVALUASI
1. Tidak ada dipsneu

1. DX I

Skala 1 : Pasien tampak dipsneu/sesak napas

2 : Pasien nampak sesak napas berkurang sedikit

3 : Sesak napas kadang-kadang

4 : Sesak napas mulai hilang

5 : Tidak ada dipneu

1. Menunjukkan jalan napas paten dg bunyi napas bersih

Skala 1 : Ada bunyi ronchi yang berat

2 : Bunyi ronchi tidak terlalu berat

3 : Kadang-kadang terjadi ronchi

4 : Jarang terjadi

5 : tidak ada

1. Sekret dapat keluar

Skala 1 : Sekret tidak keluar

2 : Sekret keluar sangat sedikit

3 : Sekret keluar sedikit

4 : Sekret keluar agak banyak

5 : Sekret keluar banyak



2. DX II

1. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan

Skala 1 : Pasien tdk menunjukkan perbaikan sama sekali, tampak pucat

dan sesak napas

2 : Pasien terlihat pucat, sesak napas berkurang

3 : Pasien terlihat pucat, sesak napas kadang-kadang

4 : Pasien tidak sesak napas, pucat berkurang

5 : Pasien tidak pucat dan tidak sesak napas



1. Tidak ada gejala distress pernapasan

Skala 1 : Menunjukkan gejala yg sangat berat

2 : Menunjukkan gejala berat

3 : Menunjukkan gejala sudah mulai berkurang

4 : Menunjukkan gejala mulai menghilang

5 : Tidak menunjukkan adanya gejala

1. GDA Dalam rentang normal

Skala 1 : Tidak normal

2 : Jauh dari normal

3 : Hampir normal

4 : Cukup Normal

5 : Normal



3. DX III

1. Melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas

Skala 1 : Tidak ada peningkatan toleransi aktivitas

2 : Aktivitas dibantu alat dan orang

3 : Aktivitas dibantu orang

4 : Aktivitas dibantu Alat

5 : Pasien mandiri

1. TTV dalam rentang normal

Skala 1 : Tidak normal

2 : Jauh dari normal

3 : Hampir normal

4 : Cukup Normal

5 : Normal



4. DX IV

1. Mempertahankan pemasukan nutrisi

Skala 1 : Porsi makan tidak dimakan

2 : Porsi makan habis ¼ porsi

3 : Porsi makan habis ½ porsi

4 : Porsi makan habis ¾ porsi

5 : Porsi makan habis

1. Mempertahankan BB

Skala 1 : BB turun sampai 2 kg

2 : BB turun sampai 1,5 kg

3 : BB turun sampai 1 kg

4 : BB turun sampai ½ kg

5 : BB stabil

1. Melaporkan keadekuatan tingkat energi

Skala 1 : Tidak punya energi

2 : Energi sangat sedikit

3 : Energi sedang

4 : Energi cukup

5 : Energi adekuat



5. DX V

1. Suhu tubuh dalam batas normal

Skala 1 : Tidak normal

2 : Jauh dari normal

3 : Hampir normal

4 : Cukup Normal

5 : Normal

1. Menjelaskan tindakan untuk mengurangi peningkatan suhu tubuh

Skala 1: Pasien tidak melakukan tindakan

2 : Pasien melakukan tapi tidak maksimal

3 : Pasien hanya melakukan dengan cukup baik

4 : Pasien melakukan dengan cukup baik

5 : Pasien melakukan dengan optimal

DAFTAR PUSTAKA





Berhman. Kliegman, Arwin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Vol 2. Jakarta: EGC.

Betz, C.L. & Sowden, L.A. 2000. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.

Divisi Ilmiah. 1994. Buku Pintar Anak. Fakultas Kedokteran Yogyakarta: UGM..

Elizabeth, J.C. 2001. Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Hidayat, A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba Medika.

Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC. Jakarta: Morsby.

MsCloskey, Cjoane, dkk. 1995. NIC. Jakarta: Morsby

Markum, A.H. 1991. Buku Ajar Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI.

Nanda, 2001. Diagnosis Keperawatan NANDA: Klasifikasi dan Definisi 2001-2002. Alih Bahasa: Ani Haryani, dkk, Jakarta: PSIKO-BOZ UGM.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Prince, S.A. & Wilson L.M. 1005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi IV. Jilid 2. Jakarta: EGC.

Reeves, C.J. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Wong, O.L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar